Remember the Soundtrack – Taylor Swift

Di tengah-tengah semangat saya soal postingan #OhayouJapan, ternyata keinginan saya untuk secepatnya menulis cerita tentang konser Taylor Swift di Jakarta besar juga.

Setelah mengalami kekesalan bertubi-tubi soal tiket konser (duh mau ceritain detail takut malah mengumpat, lebih baik search @La_musicstore di twitter dan baca soal tweet-tweet pembeli yang kesal seperti saya) akhirnya Rabu, 4 Juni 2014 kemarin saya sukses mencentang namanya di list-konser-yang-harus-saya-tonton.

Saya menjadi fans Taylor Swift itu sejak lama, lebih tepatnya saat dia mengeluarkan album Fearless. 1 Album rasanya pernah saya jadikan ost di kehidupan saya. HAHAHA (curcol). Blog ini dan terutama tumblr, menjadi saksi bahwa hampir semua lagunya bisa saya jadikan ost saat itu *blush*.

Konser dimulai 30 menit di luar jadwal (20.30 wib). Sebagai opening, dia menyanyikan State of Grace yang langsung diteriaki histeris oleh para penontonnya dilanjutkan dengan lagu Holy Ground.

Muncul dengan kemeja putih dipadu dengan celana pendek hitam with tight and of course with red shoes, red lipstick, and red guitar (sama seperti gitar Yonghwa yang saya mau >.<), Taylor Swift sukses memukau dengan wajahnya yang seperti barbie.

gambar diambil dari sini

Iyeees, ngga salah, barbie. Cantik banget mamaaaaa >.<

Setelah 2 lagu di awal, Taylor mulai menyapa penonton dan selanjutnya menyanyikan lagu andalan di album terbarunya, RED. Jujur, baru di lagu ini saya ikut menyanyi setelah sukses cuma goyang-goyangin badan doang karena ga hafal di 2 lagu sebelumnya :”>

Setelah menyanyikan lagu The Lucky One, Taylor mulai berganti gitar dengan alat musik lain (banjo?) untuk menyanyikan lagu Mean.

Sebelum bernyanyi, Taylor bercerita sambil memainkan banjo, yang intinya dia bilang bahwa pergi ke banyak negara bukan hanya mempelajari tempatnya, tetapi juga dapat bertemu kita para penggemarnya dan demi semua itu dia ngga akan pernah berhenti menulis lagu, and this is one of my favorite part when she said

I just hope you understand that it’s not our job to make people like us if they don’t want to, and… I LIKE YOU

and I cried T_T

Saya sendiri ngga tahu kenapa tiba-tiba air mata mengalir begitu saja. Ketika dia langsung menyanyikan refrain lagu tersebut, saya  menyanyikannya dengan sekuat tenaga dan tetap saja air mata ngga bisa berhenti. So emotional! ketika memori menyebalkan mulai muncul satu persatu saat saya menyanyikan lagu itu. Maklum, lagu tersebut salah satu ost juga #eaaa

Untungnya, setelah tangis-menangis di tengah konser (untungnya kanan kiri ngga ada yang kenal), VCR mulai menampilkan foto-foto dan video Taylor dimulai dari dia berusia 1 tahun hingga 22 tahun.

Yes, I’m feeling 22~~ Everything will be alright
If we just keep dancing like we’re 22~~

Dilanjutkan dengan 15 (fifteen), lagu ini di luar set list di konser-konser Taylor sebelumnya. Tetap membuat saya flashback ke masa-masa jadi ost walaupun sebenarnya saya berharap dia menyanyikan lagu Fearless atau Jump then Fall, (tetapi menghindari saya bakal nangis lagi, mungkin lebih baik lagu ini, haha).

Yeay, It’s time for my Favorite song! You Belong With Me. It became my main OST in 2009, hahay.

Dari lagu sebelumnya Taylor berpindah posisi ketika bernyanyi. Bersyukurlah para pembeli tiket paling mahal karena Taylor persis bernyanyi dalam jarak kurang dari 1 meter dengan para penonton barisan terdepan. Meninggalkan saya dan puluhan penonton lain di sisi panggung karena cuma mendapat punggungnya Taylor :))

Sparks Fly, I Know You Were Trouble and Love Story tentunya tidak luput untuk dinyanyikan. Tetapi lagu sebelumnya ternyata sukses membuat saya menangis lagi sendirian di tengah-tengah orang tak dikenal, ketika mendengar dia berbicara sebelum menyanyikan All Too Well.

Sometimes you wish you could forget the good times even more than the bad times because you just keep replaying the things you remember all too well

Ahh I got teary eyed (again).

Penampilan Taylor malam itu ditutup dengan We Were Never Ever Getting Back Together. Menyusung konsep festival, Taylor dan pemain band serta para dancer bergaya ala ala sirkus dengan pakaian yang colorful. Penonton makin kuat bernyanyi mengingat ini merupakan lagu terakhir dan menjadi penutup konser.

Secara keseluruhan konsernya keren, Taylor bernanyi dengan prima, penampilannya dengan pemain band serta dancer menjadi daya tarik di panggung tersendiri. Belum lagi fan services yang diberikan terhadap penoton makin membuat saya suka dengan dirinya.

Plus 100  karena dia juga membuat saya flashback apa yang saya lalui di tahun-tahun sebelumnya, dan plus 500 karena berhasil membuat saya menangis di tengah-tengah konser 🙂

Ah, Taylor sooooo humble! ngga segan-segan dia turun panggung dan menyalami para penggemar yang mengulurkan tangan. Tidak terlihat sedikitpun takut bahwa dia akan ditarik tangannya atau mungkin tercakar kuku penonton. Dia membuat jarak antara idol dan fans itu menjadi nol.

Sayangnya,  durasinya terlalu sebentar. 13 lagu dalam waktu 1,5 jam. Mungkin ini harga yang harus dibayar mengingat Taylor adalah penyanyi kelas atas, level pemenang Grammy. Wajar tiketnya mahal (paling mahal Rp 4 juta).

Satu lagi yang saya sesalkan, hal ini terus saya ceritakan berkali-kali di setiap cerita konser yang saya tonton.

Penonton terlalu sibuk dengan gadget masing-masing. HP, Kamera, Tab tidak henti-hentinya menghalangi saya menonton Taylor. Baik itu mengambil foto maupun video. Bahkan kemarin ada beberapa orang yang menggunakan TONGSIS. OMG! niat abis. Yaa udah ngga bisa komen apa-apa lagi sih, budaya penonton Indonesia memang begitu. Beda banget sama suasana sewaktu saya nonton konser di Jepang (ah cerita ini pasti saya ceritakan nanti ;p)

Ngomelin soal tingkah laku pentonton yang ngambil foto atau ngerekam video, itu ngomong-ngomong saya juga menaruh video hasil fancam seorang penonton. HAHA. Thanks bro! video cr to the owner

5 Comments Add yours

  1. Puputs says:

    ini nih.. yg bikin gw makan coneto ampe gemuk… gak nonton juga akhirnya

    1. presyl says:

      yaaa sayang banget ngga nonton 😦 nanti klo ada kesempatan lagi jangan dilewatin 😀

  2. Lynn says:

    baru lihat! 🙂
    gue sebelum album 1989 itu cuma sekadar seneng beberapa lagunya Taylor. Satu album paling cuma suka dan hafal 1 sampai 3 lagu aja (dulu suka banget Our Song, pas Taylor pertama kali happening!)
    terus setelah 1989 rilis, ngefans berat. temen yang udah demen dari awal sampe bilang “welcome to the club!”
    terus gak ada konser 1989 di sini 😦

    1. presyl says:

      lagunya dia dulu itu masih raw banget, keliatan banget jujurnya dari lirik, makanya gue suka >.<
      kalau yang sekarang juga suka, tapi liriknya udah mulai banyak pengandaian, haha.
      iyaa sayang banget ga ada tanda tanda kalau dia mau ngadain konser 1989 di asia 😦

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s