Jelajah Museum, Weekend – 11

Minggu kemarin, saya berkesempatan ikut acara Mystery of Batavia di Museum Fatahillah, Kota, atas ajakan teman saya si Ridu, yang mempunyai jatah tiket dari Sketchmagz.

Tiket Masuk Mystery Of Batavia

Acara Mystery of Batavia itu ternyata menonton pertunjukan dari mural (lukisan) di dinding *dan ternyata belum sempat diselesaikan* yang ditembakan oleh proyektor, nama lainnya seni video mapping projection, atau gampangnya, orang-orang yang ada di lukisan itu seakan-akan berbicara. Selain itu, ada juga interactive animated performance, pertunjukan yang mengabungkan teknologi gambar bergerak plus pertunjukan teater dan interaksi penonton. Jadi, pertunjukan teater itu dimainkan oleh 3 pemain dari teater koma yang berdialog dan beradu actng dengan orang-orang yang ada di mural tersebut.

Keren sih menurut saya, karena 1) Lukisan tersebut tidak selalu terbuka untuk umum, 2) keren aja kan ngeliat lukisan bisa ngomong sendiri, 3) saya menontonnya gratisan ;p

Yang bercahaya itu 'orang di lukisan' yang lagi 'berbicara'
Si Pembuat Mural di Dinding : Harijadi

Tetapi dari segi cerita, sayang banget durasinya sangat sebentar. Orang-orang yang ada di dalam lukisan tersebut juga suaranya saya tidak terlalu mengerti karena mereka berbicara dengan aksen belanda, jadi daripada menikmati cerita, saya lebih menikmati secara visual.

Salah satu dari pemain teater koma

Namun, di luar audio yang saya kurang mengerti, acting dari pemain teater koma ini menarik lho. Terdiri dari 1 pemain muda dan 2 orang kakek-kakek. Walaupun sudah tua, tapi jujur, mereka masih bisa membuat orang yang menonton tertawa terpingkal-pingkal.

Setelah selesai acara, saya dan ke-enam orang lainnya *3 orang baru saja kami kenal di acara tersebut* melanjutkan penjelajah museum ke Museum Bank Indonesia (BI). Sumpah ya ga bohong itu keren banget. Banget.

Saya sudah berkali-kali kesana, namun kemarin Museum BI telah berubah banyak menjadi jauuuh semakin modern dan berkelas. Belum lagi saat memasuki museum, kami diberi soal oleh pihak Museum BI untuk diselesaikan dan dijanjikan akan mendapatkan hadiah. Waah.. tentunya lebih bersemangat.

Mupeng banget ga sih ngeliat logam mulia sebanyak ini?

Interior dan keadaan dari Museum BI ini kontras sekali dengan yang ada di Museum Fatahillah. Dimana museum fatahillah terlihat tidak terawat, kurang bersih, dan sedikit menyeramkan. Padahal untuk masuk museum ini setiap orang dikenakan biaya dari Rp 600 – Rp 2000. Memang murah, tetapi pihak BI saja bisa menggratiskan biaya masuk museumnya.

Dan ada pembicaraan sedikit menggelitik saat membahas keadaan museum fatahillah ini.

Teman baru kenal (TBK) : itu museum ga terawat banget, kayak ga diurus, padahal kita dipungut retribusi atas itu! yaa walaupun murah tetapi kita kan bayar! tetapi kenapa sama sekali ga ada perbaikan?! gimana sih itu orang Pemda DKI Jakarta?! dikemanain coba duitnya? kenapa ga dipake buat biaya perbaikan atau perawatan museum?

Saya (S) : hmm.. iya juga. Coba kamu laporkan ke Dinas Pariwisatan dan Kebudayaan, museum-museum ini pasti ada Unit Pelaksana Teknis (UPT) tersendiri buat mengurusnya.

TBK : aah.. yang namanya berurusan dengan pemerintah pasti lama!

Lalu si TBK sibuk komentar meneruskan opininya tentang Pemda DKI Jakarta. Dan setelah puas dia bertanya;

TBK : tadi katanya dah lulus ya?kerja dimana?

S : eh? *cengar cengir* (tidak berniat memberitahukan)

10 menit kemudian

S : eh kamu sekolah di MAN 13? ooh.. tau, kemarin kan waktu UN sekolah itu termasuk salah satu yang dikunjungi Foke bukan?

TBK II : iya, bener.

Teman udah lama kenal (TULK) : kok lo tau syl?

S : ya tau lah.. kan gw ikut rapatnya *baru nyadar salah ucap*

TBK : OMG! jadi.. jadi.. jadi dia kerja di pemda DKI? yaampun.. ngomong apa aja gw dari tadi?? *panik panik*

S : *pura-pura ga denger* *cekikan sendiri*

Saya ga masalah dia mau berkomentar jelek apa tentang Pemda DKI, saya diam saja karena merasa pekerjaan mengurusi museum itu bukan kewenangan di tempat saya bekerja, tetapi kalau saya suatu hari bertemu atau rapat dengan orang dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, insya allah saya ingat untuk menyampaikan uneg-uneg TBK saya itu ;p

7 Comments Add yours

  1. Sya says:

    Kalau saya yang jadi TBK itu pasti langsung kabuuuuur

  2. ridu says:

    LOL gue sebagai TULK ya ngikik2 aja :))

  3. guru rusydi says:

    appresiate banget ngeliat kreasi anak bangsa. biar sejarah gak terbungkam penguasa.

  4. IndRa SP says:

    foto pemaen teaternya itu kok rada mirip azias gagap yak???ckckc

  5. Arm Kai says:

    wow, itu yang di kota tua itu ya? saya cuma pernah masuk ke museum bank mandiri-nya aja đŸ˜€
    keliatannya keren juga ada lukisan yang bisa bicara :mrgreen:

    dan ngomong2 soal si TBK, saya bisa paham kok, kebanyakan tempat wisata di Indonesia emang ga begitu kerawat đŸ˜‰
    tapi anggaran pemprov DKI gedhe kan harusnya, kata temen aja uang harian dines ke DKI paling tinggi dari 33 provinsi di Indonesia :mrgreen: đŸ˜›
    jadi bisa lah kalo sekedar menyisihkan anggaran buat merawat museum dan tempat bersejarah lainnya đŸ˜€

  6. mursid says:

    woooogh…itu emas beneran tuh?

    tuing…tuing…

  7. Kurology says:

    poto2 yang di museum bank bi keren punya đŸ˜€

    anw, soal si TBK, mungkin kebanyakan orang berpikiran sama dengan dia kali? đŸ˜†

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s