Kesan
Nilai terbesar yang diperhitungkan selain kemampuan bertarung dan kecerdasan adalah kesan yang ditimbulkan.
Sahabatnya merasa bingung, tetapi saat melihat pertarungan Gon, dia menyadari bahwa kesan yang ditimbulkan Gon lebih besar darinya. Membuat suasana pertarungan yang serius dan menegangkan berubah menjadi pertarungan yang lucu, menarik, hingga membuat semua orang tertawa hanya karena apa yang diucapkan dari seseorang yang lugu, polos, dan jujur.
2. Acara super soulmate (yang ngga nonton tetap lanjutkan bacanya ya, ini hanya pengantar kok). Di grand final kemarin malam, salah seorang ‘soulmate‘ dari artis (Bobby Tince -dia suka main jadi bencong lho-) yaitu Bagus, menjadi bintangnya.
Sebenarnya dari hari pertama dia tampil, dia sudah menarik perhatian dengan wajahnya yang imut dan seperti Cinta Laura versi laki-laki (wajah bukan gaya bicara). Semakin hari semakin bersinar dan membuat orang-orang jadi gemes terhadapnya, termasuk saya.
Memang Bobby Tince dan Bagus hanya menjadi juara 2 (gara2 komentar dari komentator yang berlebih-lebihan memuji finalis lain), tapi suara teriakan suporter yang terdengar keras hanyalah meneriakan nama Bagus saja. Dan itu semua terjadi karena kesan yang ditimbulkan olehnya benar-benar besar.
Dia hanyalah siswa kelas 2 SMA yang suaranya belum berubah menjadi pria umumnya (suara masih anak-anak), yang pertama kali tampil terkenal dengan goyang keteknya karena ketiaknya selalu dikepit ketika bernyanyi, menampilkan sosok yang polos, jujur, agak lemot juga sepertinya, tapi selalu mengundang tawa orang-orang yang melihatnya.
Semua itu membuat saya tersadar dan mencoba mempraktekannya pada diri saya. Jujur saja, waktu tahun pertama kuliah, setiap interview kepanitiaan, sebagian besar hasilnya saya ditolak. Menyadari bahwa setiap interview yang saya ikuti berakhir dengan emosi tak terkontrol (maksud : keseringan berdebat dengan orang yang menginterview saya). Namun awal tahun kedua kuliah, mencoba untuk berubah.
Hasilnya, 2 interview organisasi (Senat Mahasiswa dan Liga Fotografi) saya diterima. Dan itu saya sadari pada saat interview. orang yang menginterview selalu tertawa dengar jawaban saya, padahal menurut saya itu tidak lucu. Mereka tertarik mendengarkan jawaban saya hingga 1 jam lamanya (pertanyaan memang banyak, tetapi teman-teman saya tidak ada yang selama itu). saya pikir itu pertanda buruk jawaban saya aneh-aneh, tapi malah sebaliknya. Lalu berbagai kepanitiaan mulai diikuti dengan mudahnya tanpa wawancara lagi. Yang semakin menambah pengalaman saya untuk berinteraksi dengan orang banyak.
Begitu pula ketika wawancara magang di Medco jumat lalu, orang accounting yang mewawancara juga tertawa mulu, padahal tidak ada yang lucu, kecuali saat saya keliatan bodohnya cuma cengar cengir sambil muter-muterin kursi saat tidak bisa menjawab kasus. Begitu juga saat orang HRD yang mewawancara. Hasilnya sih tidak diterima.. hahaha tapi ngga nyesel kok, yang dipilih memang cuma 1 orang dari sekian banyak yang ngelamar.
Terbukti kan kalau kesan itu penting? tidak hanya dari ucapan dari mulut saja, tetapi juga dari bahasa tubuh dan mimik wajah yang diperlihatkan. Tetapi karena di blog tidak saling bertatap muka, ya kesan yang timbul hanya dari tulisan saja deh. Benar kan?
Kesan pertama, begitu mengoda